Perempuan berhak mandiri, mendapatkan kesempatan di ranah publik untuk berprestasi. Perempuan juga harus mandiri secara ekonomi. Namun, kemandirian perempuan ini semestinya juga diimbangi dengan keharmonisan di rumah tangga. Perempuan dan laki-laki, dalam rumah tangga, perlu lebih bijak menyikapi kemandirian perempuan. Bagaimanapun dalam rumah tangga, hanya diperlukan satu nahkoda. Meski bukan berarti satu pihak tunduk kepada pihak lainnya, tanpa saling membebaskan dan memberikan dukungan mengembangkan potensi diri.
Ketua Umum Gerakan Wanita Sejahtera, Ir Dra Giwo Rubianto, MPd berpendapat tidak sedikit perempuan yang secara ekonomi mandiri, namun relasi dengan suami kurang harmonis. Menurut Giwo, persoalan utamanya sejatinya adalah perspektif patriarki yang masih melembaga dan menjadikan laki-laki tidak nyaman. Selain juga minimnya rasa menghormati terhadap suami sebagai nahkoda rumah tangga.
"Perempuan harus berprestasi, namun jangan sampai menjadi pesaing nahkoda dalam rumah tangga. Karena rumah tangga tidak boleh memiliki dua nahkoda, jika tidak menghendaki kapal rumah tangga tergelincir," jelasnya kepada Kompas Female.
Prinsipnya, lanjut Giwo, meski perempuan berprestasi, ia harus menghormati peran suami. Begitupula sebagai suami, hendaknya ia mendukung prestasi istri.
"Laki-laki bukan justru merasa tidak nyaman dengan prestasi pasangannya. Karena perempuan berkualitas merupakan pilar keluarga berkualitas. Ini yang harus kita jelaskan kepada semua pihak, termasuk perempuan," tutupnya.
Sumber:http://female.kompas.com/read/2011/04/27/13302413/Rumah.Tangga.Butuh.Satu.Nahkoda
0 komentar:
Posting Komentar
comment here please :)